Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe

 Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe Dear Pemerintah Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De TjolomadoeDe Tjolomadoe di Karanganyar (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Solo -Bekas Pabrik Gula (PG) Colomadu di Karanganyar, direvitalisasi oleh Kementerian BUMN. Bangunan yang kini berjulukan De Tjolomadoe itu disebut bakal menjadi sentra heritage, edukasi, kesenian dan bisnis. Budayawan Sardono W Kusumo menawarkan kritik keras terkait tindakan pemerintah itu.

Sedikitnya ada tujuh bab di gedung utama yang dirombak dan dialihfungsikan. Misalnya Stasiun Gilingan difungsikan untuk museum. Stasiun Ketelan difungsikan untuk restoran dan daerah pameran.

Kemudian Stasiun Penguapan menjadi lorong panjang yang kanan kirinya berjajar kios butik dan makanan. Stasiun Karbonasi dipakai untuk sentra buah tangan kerajinan. Bagian besalen atau bengkel kini diubah menjadi kafe.

Baca juga: Eks PG Colomadu akan Makara Pusat Edutainment di Kawasan Joglosemar

 Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe Dear Pemerintah Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe(Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Yang menjadi andalan ialah dua ruangan besar di belakang, salah satunya dipakai untuk gedung konser berkelas internasional (Tjolomadoe Hall). Sedangkan satunya dipakai sebagai gedung pertemuan dan ijab kabul (Sarkara Hall).

"Tjolomadoe Hall juga bisa untuk multifunction hall berkapasitas hingga 2.500 orang. Kalau Sarkara Hall bisa hingga 1.200 orang," kata Direktur PT Sinergi Colomadu, Wahyono Hidayat, selaku pengelola De Tjolomadoe, Kamis (5/4/2018).

 Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe Dear Pemerintah Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De TjolomadoeSardono Waluyo Kusumo (Foto: Grandyos Zafna)

Tahap selanjutnya nanti, pengelola akan membangun hotel di sisi barat PG Colomadu. Di seberang PG Colomadu, rencananya dibangun vila.

Di sisi lain, revitalisasi PG Colomadu mendapat kritik pedas dari budayawan dan seniman ternama, Sardono W Kusumo. Menurutnya, perombakan besar-besaran itu justru merupakan kesalahan besar.

Baca juga: De Tjolomadoe akan Diresmikan Jokowi, Mangkunegaran: Kami Gugat

Sardono pernah menggagas dan menyelenggarakan pementasan 'Fabriek Fikr' di bangunan PG Colomadu yang sudah tak tersentuh manusia. Untuk membuat kreasi spektakuler, ia mengaku membutuhkan riset hingga 2,5 tahun.

 Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe Dear Pemerintah Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe(Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Untuk diketahui, Fabriek Fikr merupakan suguhan pentas seni, mulai dari seni olah tubuh, musik hingga visual. PG Colomadu bukan sekadar objek, namun menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan.

"Abad ini orang mulai berpikir wacana site spesific performance, yang spesial, unik dan tidak ada duanya. Kalau semata-mata memindahkan pertunjukan dari luar ke situ, ya enggak nyambung," kata Sardono.

Pertunjukan kelas dunia, bagi dia, merupakan pentas saat seniman bisa membuat imaji baru. Seniman berkelas harus bisa menaklukkan daerah sebesar PG Colomadu dengan pertunjukan yang benar-benar baru.

"Kalau konser biasa tidak perlu membutuhkan gedung sebesar itu, apalagi heritage. Cukup investasi sound dan lighting, lokasinya cari lapangan. Pop music itu karakternya massa, bukan tempat," imbuh guru besar yang juga mantan rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tersebut.

 Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe Dear Pemerintah Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe(Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Perusakan paling berat, menurutnya ialah hilangnya nilai heritage yang terbangun semenjak sekitar 150 tahun lalu. Nilai tersebut bukan melulu wacana pabriknya, namun juga dampak-dampak yang timbul atas berdirinya PG Colomadu.

"Saat itu terjadi revolusi industri besar-besaran. Ada 300 pabrik menyerupai ini di Jawa. Dibangun jalur kereta ke Tasikmadu, Wonogiri, Klaten, ini luar biasa. Heritage ya isinya itu, bukan bendanya dirawati, diselamatkan, dipagari. Bukan!" tegasnya.

 Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe Dear Pemerintah Dear Pemerintah, Ini Kritik Keras Budayawan Terkait De Tjolomadoe(Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Dari sisi fisik, menurutnya, mesin-mesin PG Colomadu telah melalui proses panjang selama 150 tahun, sehingga membuat fisik natural dan spesial. Dengan revitalisasi, mendadak nilai itu hilang.

"Warna-warna yang muncul pada besi baja itu enggak bisa digantikan dengan cat beli. Itulah yang dihormati. Yang dijual mahal itu. Tinggal dikasih lighting. Kalau kini dicat hasilnya sama dengan lainnya, palsu," tegasnya.

Baca juga: Selain PG Colomadu, Ini Aset Mangkunegaran yang Dikuasai Pemerintah

Dia menyoroti adanya bab utama dari PG Colomadu yang justru tidak ditonjolkan. Bagian itu yakni sudetan sungai yang masuk ke dalam pabrik.

"Air yang masuk ke pabrik, dulunya dibakar menjadi uap dan seluruh mesin bisa bergerak. Ini peluang menjadi sumber pendidikan teknologi, bahwa semua inovasi besar berawal dari sebuah daya imajinasi. Tapi kesempatan itu mendadak hilang," ujar Sardono.

Dengan menjaga bentuk natural PG Colomadu, seharusnya pabrik yang dibangun Sri Mangkunegara IV itu bisa menjadi jaringan sistem pelestarian warisan dunia. Sardono khawatir hal tersebut nantinya juga terjadi pada bangunan heritage lain.

"Jangan-jangan pabrik-pabrik lainnya akan menjadi menyerupai ini juga. Kita tidak bisa merawat heritage, justru revitalisasi akan menjadi destruksi," tutupnya.

Sumber detik.com
Sumber https://3i-networksnews.blogspot.com
Sumber https://3i-networksonline.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel